27 November 2011

cerpen : "CINTA DUA HATI"

Kebahagiaanku terasa lengkap, saat hubunganku dengan kekasihku, Tio, menginjak usia yang ketiga. Ya, tepat hari ini usia “pacaran” kami genap 3 tahun, kami pun berencana merayakannya dengan dinner di café dimana kami pertama bertemu dulu. Malam nanti, kami juga berencana mengenakan pakaian yang serasi. Hari ini akan menjadi hari paling spesial dalam hidupku, jujur baru dengan Tio aku bisa awet pacaran hingga 3 tahun, biasanya baru 1 tahun saja sudah putus, bahkan pernah baru pacaran 1 minggu aku minta putus lantaran aku tak betah.

Malam ini, aku serasa bagai Ratu Semalam. Tepat pukul 19.00 WIB, Tio datang menjemputku. Aku yang sedari pukul 18.30 WIB sudah menunggu pun langsung menghambur ke luar rumahku dan masuk ke BMW Tio. Dalam perjalanan menuju ‘Romantic Café’, Aku dan Tio bercerita tentang masa lalu kami. Kami bernostalgia dalam BMW milik Tio itu. Sungguh menyenangkan berada di samping Tio. Tak henti-hentinya kami tertawa, saat kami mengingat masa-masa “pacaran” kita waktu SMA dahulu. Ya, dua tahun lalu, saat kami masih duduk di bangku kelas XII SMA.

Kami pun sampai di tempat tujuan, kami menuju meja yang telah di pesan oleh Tio untuk acara dinner kita malam ini, sungguh romantis menurutku. Di meja itu terdapat dua buah lilin beraroma terapi yang membuat perasaanku tenang. Tio ternyata sudah memesan makanan favorit kami berdua. Kami pun mulai memakan hidangan itu, ditemani oleh petikan gitar accoustic dan suara merdu penyanyi wanita yang sedang ber-mini konser di café tersebut. “romantis sekali kamu, Yo” kataku dalam hati.
“Feb, aku mau ngomong sesuatu sama kamu” Tio membuka pembicaraan
“Hmm, ngomong aja Yo” jawabku
“Sekarang kan kita udah dewasa, 20 tahun menurutku usia yang cukup untuk kita menjalin suatu hubungan yang serius, Feb” kata Tio
“Ya, memang kita sudah dewasa, dan kita juga sudah menjalani hubungan ini dengan serius, Yo” jawabku
“Bukan, bukan itu maksudku. Yang aku maksud adalah, mengapa kita tidak meresmikan hubungan kita ini ke jenjang yang lebih serius?” tanyanya
“maksud kamu married? Haha aku belum siap buat married, Yo. Aku akan menikah setelah aku menikmati uang hasil jerih payahku bekerja” kataku polos
“Hahaha.. siapa yang mau married sekarang sih, Feb? Aku Cuma mau kita meresmikan hubungan kita ini, bertunangan, supaya keluarga kita tahu kalau kita ini memang benar-benar serius dalam menjalin hubungan ini” jawab Tio
“Oooh… ngomong dong, Yo! Kalau itu aku akan memberitahunya pada keluargaku dahulu, nah kalau keluargaku setuju, barulah kau boleh melamarku menjadi tunanganmu” jawabku sambil tersenyum pada kesungguhan Tio.

Waktu berlalu sangat cepat, aku dan Tio pun bergegas pulang. Saat sedang menunggu Tio mengambil mobil di parkiran, aku menabrak seorang laki-laki. Brrruuuk!!
“Aduh maaf, mas. Saya nggak sengaja. Maaf ya mas, maaf” kataku setelah aku menyadari bahwa aku menabrak laki-laki itu.
“Iya saya tidak apa apa kok.” Katanya, lalu dia menatapku “kamu Feby  kan? Feby Olivia?!” katanya lagi, lebih tepatnya sih berseru
“Eh.. iya, kok kamu tahu namaku? Kita pernah bertemu?” jawabku
“Feby!! ini gue!! Mark!! Mark Antony. Inget nggak?” katanya
“Ada apa Feb? kamu kenal dengan orang ini?” kata Tio saat melihat aku bersama Mark
“Eh, iya Yo. Kenalin, ini Mark temen SMA aku waktu di Jakarta dulu. Mark kenalin, ini Tio, pacar aku” kataku
“Oh.. senang bertemu kamu, Tio. Aku teman lama Feby.” Kata Mark pada Tio .
“Salam kenal, aku Tio Saputra, pacar Feby” kata Tio
“Eh.. yaudah yuk Yo kita pulang, udah malem” kataku pada Tio
“Eh, eh. Sebentar, bolehlah teman lama minta nomor HP kamu, Feb?” sergah Mark
“Ini” jawabku memberikan kartu nama lalu pergi
“Makasih ya Feb!! nice to meet you Tio!” teriaknya saat kami menjauh
“Nice to meet you too Mark” jawab Tio, sedangkan aku hanya menjawab dengan senyuman memaksa.

Sungguh aku tidak menyangka, Diakah Mark? Cinta lamaku? Mark, kenapa dia hadir lagi di kehidupanku saat aku sudah memiliki Tio di hatiku? Kemana dia dulu? Saat aku membutuhkanya, dia malah pergi meninggalkanku, hingga akhirnya kuputuskan untuk pindah ke Bandung. Ingin rasanya hati ini berteriak, ya, aku menyesal sekarang. Kenapa dulu Mark meninggalkanku tanpa alasan, namun kini dia kembali tanpa kuundang? Cerita kini sudah berbeda, ya aku memang masih mencintai Mark, namun aku juga mencintai Tio. Aku tidak akan bisa memilih satu diantara keduanya.
“Neng, udah sampai nih. Mau ngelamun sampai kapan?” Tanya Tio yang membuyarkan lamunanku
“Ah, apa yang kulakukan tadi? Tio maaf ya, aku lagi nggak enak badan. Mungkin kurang istirahat.” Sangkalku
“Iya, enggak apa-apa kok. Yaudah, sekarang kamu masuk, terus istirahat yang cukup ya? Muka kamu pucat tuh.” Katanya
“Ah.. masa sih? Ya udah makasih ya untuk malam ini. Happy anniversary, sayang” kataku lalu mencium pipinya dan keluar dari BMW Tio.
Happy anniversary” jawabnya sambil tersenyum lebar padaku yang sudah keluar mobil.Aku pun masuk ke rumah dan menuju kamarku. Aku pun langsung terlelap dalam tidurku yang nyenyak.

Paginya, aku seperti dibangunkan oleh deringan handphone-ku. Aku mengira itu telepon dari Tio, tapi ternyata itu telepon dari nomor tak dikenal, dan aku mengangkatnya.
“Halo, siapa ini” kataku
“Hai feb!! ini gue, Mark. Bisa ketemuan hari ini? Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu.” Jawab suara diujung handphone
“Di mana?” sahutku
“Gimana kalau di resto “Rainbow” aja? Aku tunggu jam 10 pagi ini ya? Bye, see you again” jawab Mark lalu menutup telepon
Celaka!! Kenapa tadi aku menyetujuinya? Aku tak tahu harus bagaimana, aku tidak punya pilihan lain selain menuruti undangan Mark. Aku pun bergegas mandi dan menyiapkan diriku. Sebentar lagi sudah jam 9.30, dan aku harus bergegas pergi untuk menemui Mark.

Sesampainya di resto “Rainbow” jam tanganku sudah menunjukkan pukul 10.15, gawat! Aku telat!! Aku pun bergegas masuk ke dalam dan mencari meja nomor 29. Ya, di sana! Aku melihatnya, di sana ada seseorang yang berpakaian putih polos dengan celana jeans. Aku pun menghampirinya.
“Maaf telat, waktu kamu telepon tadi aku baru bangun.” Kataku setelah aku duduk.
“Udah biasa kalo kamu telat, itu bukan masalah buat aku. Kan kamu juga tau kalo aku selalu sabar menunggu kamu.” Jawab Mark. Matilah aku! Kenapa dia masih mengingat itu semua. Apa yang dia pikirkan sekarang? Apa dia berniat untuk..
“Ya benar, aku berniat untuk mengajak kamu jadian lagi denganku. Kamu tau kan sebenarnya kita tidak pernah ada kata putus. Ya, aku tau aku salah. Namun aku akan memperbaiki kesalahan itu. Aku berjanji padamu.” Katanya panjang lebar.
 Sempat ku lihat tatapan Mark dikala dia menatapku. Tatapan itu, tatapan yang sama seperti saat dia menatapku dahulu. Tatapan penuh kasih. Aku tak tahu lagi apa yang harus ku katakan pada Mark. Selama beberapa menit, kami hanya memandang satu sama lain. Samapai pada akhirnya deringan handphone ku menghentikan acara pandang-memandang kami. Ku lihat nama Tio di layar handphone ku. Aku pun mengangkatnya.
“Ya? Ada apa, Yo?” tanyaku
“Kamu lagi dimana sih, Feb? aku cari di rumah kok udah nggak ada?” jawab suara di seberang sana
“Iya, ini aku lagi pergi bareng temen aku sebentar, 15 menit lagi aku akan pulang kok. Tunggu aku sebentar, ok?” kataku. Lalu aku pun menutup panggilan itu.
“Mark, aku harus pergi sekarang. Aku ada acara sama Tio.” Kataku pada Mark
“Kenapa kamu menghindar dariku? Apa aku terlalu menyakitimu?” katanya
“Enggak, bukan masalah itu Mark. Aku benar-benar harus pergi sekarang.” Jawabku. Mark mendekatiku dan menggenggeam kedua tanganku dengan erat.
“Aku masih cinta sama kamu, Feb” katanya. “Aku juga, Mark” jawabku tanpa sadar. Lalu kami berdua pun berciuman. Aku segera sadar dengan apa yang aku lakukan ini. Aku tau ini salah. Aku berhenti dan aku berjalan keluar resto “Rainbow”. Mark sempat menahanku, namun aku tidak menggubrisnya. Aku terus berjalan keluar dan pergi dengan Toyota yaris hitamku.

Sesampainya aku di rumah, ternyata Tio sudah menungguku di luar gerbang rumah. Kali ini, setelah aku memarkir Toyotaku di garasi Tio langsung mengajakku masuk ke BMWnya. Entah, mau di bawa aku kali ini. Aku hanya duduk termangu di dalam BMWnya tanpa berkata satu patah kata pun.

Sungguh, betapa terkejutnya aku saat aku di giring menuju rumah Tio. Aku pun mulai bertanya untuk apa aku berada di sini.
“Mau apa kita ke rumah kamu, Yo?” tanyaku stelah kami turun dari BMW Tio
“Aku pingin bilang ke orang tuaku, kalau kita memang benar-benar serius menjalani hubungan ini” jawabnya
“What? Kamu bahkan tidak membicarakan ini padaku sebelumnya.” Kataku
“Sorry? Apa kita membuat kesepakatan? Apa aku harus selalu bicara sama kamu sebelum…” tiba-tiba handphoneku berdering. Terlihat nama Mark di layar, aku pun mengangkatnya.
“Ada apa, Mark?” tanyaku
“Kamu berantem sama Tio? Sudahlah tinggalkan saja dia, kembalilah kepadaku, aku janji aku bakal buat kamu bahagia. Aku bahkan sudah bicara pada orangtuamu di Jakarta.” Jawabnya
“What? Maksud kamu apa Mark? Aku memang masih mencintai kamu. Tapi aku nggak mungkin ninggalin Tio! Kamu bahkan tidak ada saat aku membutuhkan kamu!! Kamu yang pergi meninggalkan aku, Mark!! Maaf bila aku juga mencintai Tio” jawabku pelan lalu menutup pembicaraan itu.
“Maafkan aku, Tio. Maafkan aku.” Kataku sembari mendekati Tio
“Maaf? Untuk apa?” jawabnya
“ Maaf karena aku mencintai Mark. Maaf karena aku telah mendustaimu. Maaf bila aku membuatmu terluka. Maaf karena aku mencintai dirimu dan Mark.” Jawabku sambil terisak pelan di pelukan Tio.
“Sudahlah, aku tau bagaimana perasaan kamu, Feb. aku mengerti, dan aku paham betul perasaan kamu. Aku yakin kamu akan memilih aku. Aku yakin kamu akan bisa melupakan Mark jika kamu mau serius denganku kali ini.” Jawabnya menenangkanku
“Maafkan aku. Sekali lagi aku minta maaf, Tio. Aku janji akan melupakan Mark, namun aku butuh kamu untuk membantu aku.” Jawabku terisak
“Tentu, tentu  aku akan membantumu. Aku akan selalu ada di sisimu, Feb.” jawabnya.
Kami pun masuk ke rumah Tio dan menemui keluarga Tio. Kami bercerita panjang lebar dan aku pun melupakan masalah Mark. Aku sempat menelepon kedua orang tuaku dan meminta mereka mengunjungiku minggu depan untuk membicarakan pertunanganku dengan Tio. Perlahan-lahan aku mulai bisa melupakan Mark, aku dan Tio semakin mantap menuju tujuan akhir kami, menikah. Kedua keluarga telah sepakat untuk meresmikan hubungan kami ini. Kebahagiaan dalam hidupku pun bertambah, mengingat aku pernah mendustai Tio namun Tio masih tetap berada di sisiku dan menemaniku dalam suka maupun dukaku. Dan Mark? Aku kira dia kembali ke Belanda dan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya. Ya, cinta dua hati yang sangat membingungkan. Namun pada akhirnya berakhir bahagia untukku dan Tio.

25 November 2011

kelas baru, sekolah baru

yah, namanya FIXI.. X6! kelas yang agak berbeda dengan kelasku waktu SMP..  suasana emang nggak kalah seru, tapi orangnya memang jauuuuh beda! totally, ini sebuah kehidupan baru buatku, yah belajar menyesuaikan aja siih.. padahal 6 bulan udah berlalu (cepet banget yah), tapi masih belum begitu akrab sih.. tapi ya inilah kelasku (FIXI SMANSA)